Tarawih seperti itu sudah dilakukan turun-menurun. Tidak diketahui siapa yang memulai.
"Tarawih seperti ini sudah dilakukan turun temurun," kata Zainul Arifin, salah satu Pengurus Ponpes Tebuireng kepada VIVAnews.com. Dia menambahkan, siapapun pengasuh ponpes, kebiasaan itu tetap dipertahankan. "Tidak tahu kapan dimulainya tarawih seperti ini. Saya masuk Tebuireng di zamannya Mbah Delan (almarhum KH Adlan Aly), pengasuh ponpes 20 tahun silam, tarawih model ini sudah ada," lanjutnya.
Meski ada lima imam, jumlah rakaat salat tetap 23, 20 rakaat salat tarawih dan 3 rakaat salat witir. Jumlah itu, lanjutnya, untuk menuntaskan seluruh ayat-ayat Qur'an sebanyak satu juz.
Tak sembarang orang bisa memimpin salat. Yang bisa menjadi imam di Tebuireng adalah orang-orang pilihan. Mereka harus fasih dan hafal Quran. Zainul menjelaskan, imam akan berganti setelah dua kali salam. Artinya, seorang imam kebagian memimpin salat masing-masing sebanyak 4 rakaat. Dan, imam terakhir langsung memimpin salat witir. "Imam diambilkan dari Ponpes Madarastul Quran (MQ) yang berada di komplek Tebuireng," jelasnya.
Usai tarawih dilanjutkan mengaji kitab kuning yang diikuti banyak orang hingga meluber ke luar masjid.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan koment tapi jangan mengandung SARA dan porno ya